Mengenal Film Raksasa Batu: Daimajin


Tahun 1966 boleh dibilang tahun yang penuh dengan 'cheesy-ness'. pada saat itu serial Batman yang dibintangi Adam West menjadi seri TV yang paling populer, Godzilla nggak lagi jadi alegori ancaman bom nuklir, Gamera langsung mengarah jadi "friend of children" di sekuel-sekuelnya. Amidst those corn and cheese, hither came the great Daimajin!

Setelah Gamera, the Giant Monster dianggap lumayan sukses, Daiei mulai mengerjakan sekuelnya. Tadinya yang akan menjadi lawan si penyu purba adalah Uchuu Hyojin, dewa batu yang bersemayam di pegunungan es. Dengan berjalannya waktu, akhirnya Barugon (bukan Baragon ya? beda PH, bo!) yang didaulat sebagai lawan pertama Gamera (Gamera vs Barugon).

Rupanya konsep dewa batu itu dianggap sayang dibuang, dirasa punya potensial untuk franchise baru. Akhirnya lahirlah Daimajin!
Kaiju secara harfiah artinya adalah 'strange beast', mengacu dari situ Rasanya Daimajin lebih pas dikategorikan sebagai Majin (dewa) atau malah Yokai (siluman), karena Daimajin bukan 'beast'😛 Wa Waa
Walau sebenarnya dipanggil kaiju, yokai, bakemono, yokai kaiju sebenarnya tak masalah, karena konsep kaiju sendiri juga terpengaruh oleh mahluk mistis/gaib atau yokai.
Background story: Jaman duluuu waktu nenek moyang kita masih jadi kangkung, seorang pendekar bernama Shino berhasil menaklukan Arakatsuma (Daimajin) dan memenjarakan arwahnya di dalam sebuah arca. Jadi mirip-mirip jin Alladin lah. Dia bisa dipanggil lagi oleh mereka yang bener-bener membutuhkan pertolongan. Karakteristik Daimajin sendiri sebenernya netral. Ngga baik, ngga jahat. Dia juga mirip semacam 'Spirit of Vengeance'.

Daiei membuat TIGA film Daimajin sekaligus dan dirilis di tahun yang sama, 1966 (cuma beda 3 bulan satu sama lain). Ketiganya sebenernya ngga nyambung, berdiri sendiri-sendiri tapi jangan salah, kualitas filmnya mumpuni!

Yang menarik dari trilogi Daimajin ini adalah mengambil setting jaman Jepang feudal (jaman samurai). Daimajin sendiri bukan makhluk yang sebesar Godzilla, tingginya cuma sekitar 15 meter, oleh karena itu SFX nya menurut saya akan lebih susah karena ia harus berinteraksi dengan karakter manusia dan maketnya harus lebih detail.

Dari segi cerita, cerita trilogi ini lebih fokus pada drama manusia ketimbang baku hantam monster atau monster yang ngamuk doang. Daimajin sendiri baru muncul sekitar 30 menit terakhir tapi alunan cerita yang bagus dan akting para pemainnya membuat ini film tokusatsu yang ngga standard.

Efek film Daimajin sangat ngga kalah dari efek eyang Tsuburaya (Godzilla & Ultraman). Untuk musik, Akira Ifukube dipinjam dari Toho. Bukan cuma dia saja yang dipinjam, Haruo Nakajima (suit actor Godzilla0 juga dibesut untuk jadi Daimajin. Di sini mbah Nakajima lebih menunjukan aktingnya dengan ekspresi mata Daimajin (kayak Andy Serkis-lah).

Di era millenium, Daiei yang bangkrut diakuisisi oleh Kadokawa. Selain Gamera, Daimajin pun di reboot ulang dalam bentuk mini seri tv, Daimajin Kanon yang bersetting jaman sekarang.

Jadi, untuk tontonan alternatif, coba tengok Daimajin.VERY HIGHLY RECOMMENDED!
Ngga penting-penting amat:
1. Di komik Godzilla color special (Dark Horse) oleh Art Adams, Godzilla bertarung dengan sesosok dewa batu purba, Gekido Jin. Dari namanya udah jelas ini terinspirasi dari Daimajin ðŸ˜‰
2. Di sekuel Guirara (Monster X): Monster X Attack the G8 Summit, lawan dari Guirara adalah Take Majin, dewa pelindung tanah Jepang. Nuff said.
3. Konsep daimajin sebenarnya juga mirip dengan golem terutama cara menghidupkannya.
4. Walau tekstur tubuhnya terbuat dari batu, uniknya dalam tubuh daimajin punya urat syaraf yang mampu membuatnya bisa bergerak

Komentar